Bocah Ilalang

(Source: Pinterest)


Nenekku petani, dan aku cucu yang menjual ladangnya
Semestinya kita bermain-main di antara ilalang itu lagi, teman.
Tetapi ilalang kini telah tumbuh menjadi gedung seribu jendela
Dan kita bocah yang kehilangan tempat bermain.

Semestinya angin mendinginkan ketiak langit,
Mengukir cinta masa kecil pada pohon yang entah akarnya kini menancap di mana
padamu bocah kecil yang tak pernah lagi kedengaran kabarnya
aku rindu bermain di ladang itu
atau menyaksikan parade balon di udara yang terlepas dari genggaman bocah lain
aku tahu kau pun merindukanku, karena kita memang selalu se-cermin itu.


Tanggal


Kau adalah tanggal terakhir di bulan Desember. Kau gigi susu terakhir yang tanggal dari dagingku. Kau orang yang bertahan di pikiran. Kau si kepala batu yang terus tinggal dalam ingatan; sulit kutanggalkan.

Kau rumit layaknya penanggalan Jawa; sangat astronomis. Terlihat mudah namun sulit ditelusuri. Serupa dengan kaitan jentik jemarimu pada jemariku yang tak pernah bisa kubaca maknanya.

Kau mungkin juga seperti tanggal 29 di bulan Februari; pribadi yang berbeda dan sulit ditemui. Kau rima yang melagukan puisi ini.

Banyak harapan yang kusyaratkan padamu seperti harapan yang kulabuhkan pada setiap tanggal satu.