Tentang Laki-laki yang Menungguku

Bagaikan roda yang terus dikayuh tapi tak kunjung labuh.

Langit sore setengah gelap.

Di sudut kota tanpa waktu senggang ini, aku mencari dirimu.


Aku meramal masa depan lewat buku fiksi

Berdoa semoga seorang itu bernama dan bermakna

Meskipun doa diucapkan dengan air mata dan Tuhan tidak berjanji apa-apa.

Meskipun menanti terasa selama kelak,

Aku masih mencari dirimu.



Menjadi dewasa kadang bisa terlambat,

Tapi bertemu denganmu selalu tepat.

Meskipun aku harus meresapi sepi dan menulis ratusan puisi (juga menghadiri banyak resepsi)

Bulan Maret dan hatiku yang penghujan akhirnya saling menemukan.

Terima kasih sudah menungguku.



Jakarta, 1 Desember 2023.

Aku, Kamu, dan Luka Kita


 Bagian I

 

Adakalanya waktu kerap tersita untuk mengenang

Mengingat kembali kata-kata yang begitu saja terungkap dari mulutmu.

Apakah kau ingat? Dulu kita pernah sepakat untuk bertahan

karena kita begitu takut merasa kehilangan

Tetapi kita tetap tak bisa lolos dari perselisihan dan cengkeraman luka.

Dan caramu menyikapinya..

seolah menyerah pasrah dengan mudah,

bergantung pada kata terserah.

Mengapa kita tak coba berdiskusi, daripada memilih menyingkir?

Mengapa kau tak mau menengok sebentar saja untuk tahu pendapatku?

Mengapa harus berprasangka jika kita bisa bertanya?

Kau tahu aku selalu memberimu kesempatan dan telinga,

Karena aku yakin penjelasan bisa meruntuhkan praduga.

Untukmu yang memilih pergi, apakah kau benar-benar mencintaiku?

Karena kepergianmu membuatku menyangsikan itu.

 


Bagian II

 

Hari ini, pukul 19:48

dan cangkir kopi keduaku,

Pahit-sakit yang berulang-kali kuteguk.

Aku mendengarkan lagu kesukaan kita.

Dan menyesal mengapa air mata harus menetes.

Aku terus melarikan diri dari rasa kehilangan.

Aku tak baik-baik saja.

Aku lelah berkali-kali kau patahkan.

Di teras rumah ini,

Masih saja kuharapkan kau bertamu lagi.

 

 

Bagian III

 

Aku yakin kau akan menemukan seseorang dari kesendirianmu

Yang bisa menghadiahimu canda juga tawa

Kau akan melupakanku dan berbahagia bukan?

Meskipun sebenarnya aku tak benar-benar ikhlas melepaskan.

Saat ada yang hilang dan pergi,

akan ada tangis untuk meluruhkan luka.

dan harus ada pengganti untuk setiap sekat yang dicuri.

Benar begitu bukan?

Tapi sepertinya ini tidak berlaku untukku yang sering payah melupakan.

 

Jika aku bukan takdirmu

Mari kita berjanji,

Di kehidupan selanjutnya, kita akan menjadi sepasang kekasih dan menua bersama.

Di kehidupan selanjutnya, aku tak ingin kalah lagi.

 


Ditulis pada sebuah malam minggu yang kelabu.

Yogyakarta, 22 Agustus 2020.